Melebur dengan Masyarakat



Sejatinya kita lahir di masyarakat. Seperti demokrasi, dari, untuk, dan oleh masyarakat. Sejauh manapun kita pergi, kita akan kembali.

Aku kembali pada masyarakat, setelah pergi merantau dua belas tahun untuk menuntut ilmu. Rasanya aneh. Pergaulanku yang awalnya diisi dengan orang-orang seumuran, pemikiran sama, sekarang dihadapkan dengan ibu-ibu.

Siapa lagi? Anak-anak punya tempat di sekolah, anak muda hingga kuliah. Dan pasca kampus? Ya harusnya kerja. Wajarlah ketika di masyarakat, kamu akan menemukan para ibu.

Oow...
Organisasi masyarakat yang coba aku masuki antara lain Majlis taklim yg diisi ibu-ibu, dan bank sampah juga dikelola ibu-ibu. Bahkan, umkm kecamatan juga didominasi para ibu dibandingkan bapak-bapak atau anak muda. Luar biasanya para Ibu ini. Mereka punya komunitas untuk berkumpul, bersosialisasi, membina diri, dan bersenang-senang di luar pekerjaan rumah mereka.

Bank Sampah Asyik Bojonggede

salah satu kegiaan bazaar UMKM Bojonggede


Aku yang emang dari sananya introvert, mencoba bergaul dengan mereka. Melebur, dan berusaha menerima posisiku saat ini berada di masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan umum seperti udah ngelamar kerja di mana, kenapa dulu ambilnya jurusan perikanan bukan guru yang bisa cepet dapat kerja, kenapa buka usaha, atau mendengar cerita-cerita tentang anak mereka yang seumuran udah sukses di luar sana. Duuh rasanya mareem. Aku belum bisa jadi apa-apa.
Ngadepin pertanyaan Ibu sendiri di rumah aja udah pusing jawabnya, sementara di luar sana banyak ibu-ibu yang 'perhatian' juga. Bisa ngebayangin kzlnya? Hehe

Comments

Popular Posts