Ulasan Novel Pergi, Tere Liye

Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup mati, untuk memutuskan ke mana langkah akan dibawa. Pergi. 
NOVEL PERGI

Penulis: Tere Liye
Co-Author: Sarippudin
Editor: Triana Rahmawati
Cover: Resoluzy
Layout: Alfian
Penerbit: Republika Penerbit
Kota Terbit: Jakarta
Jumlah Halaman: iv+455 halaman
ISBN: 9786025734052
Dicetak pertama kali bulan April 2018

Hasil riset teknologi yang didanai keluarga Tong telah dicuri kelompok lain. Teknologi penting untuk mendeteksi serangan siber, berada Kota Tijuana, Meksiko. Untuk merebutnya, Bujang harus mengalahkan El-Pacho (salah satu keluarga shadow economy) yang merebut riset itu.

Sepertinya misi akan berakhir mudah, namun kejadian tidak terduga terjadi. Seseorang bergitar, menggunakan topeng penutup mata, dan topi lebar entah dari mana datang merebutnya. Dia mengenal Bujang, si Babi Hutan, also known as Agam.

Sedikit sekali orang yang tahu nama aslinya. Hanya 7 orang. Lima di antaranya telah meninggal. Bapak, Mamak, Kopong, Guru Bushi, Tauke Besar, Tuanku Imam, dan Salonga. Di akhir pertemuan itu, dia mengatakan adios hermanito... yang artinya, selamat tinggal adik laki-lakiku. Pertanyaan besar pun muncul, sebuah hantu masa lalu.

Di samping itu, Bujang sebagai Tauke Besar harus menghadapi ulah Master Dragon (kepala keluarga shadow economy dunia) yang mau merusak keseimbangan. Percobaan pembunuhan Tauke Besar Keluarga Tong, dan Bom untuk Keluarga Hiro Yamaguchi membuat mereka harus membentuk aliansi untuk mengalahkan Master Dragon.

Dari delapan keluarga shadow economy, Master Dragon mendapat dukungan dari Keluarga Wong (Beijing), Keluarga Lin (Maccau), dan Keluarga El-Pablo (Meksiko). Sementara Keluarga Tong, Keluarga Yamaguchi (Jepang), dan Bratva (Rusia) memutuskan melawan. Satu keluarga J.J Costello (Folrida) memilih netral. Perang besar dalam senyap pun berlangsung.

Visi Markas Besar
Bujang membangun kota satelit ribuan hektar di dekat kota. Satu di atasnya kota normal, satu lagi di bawahnya markas baru Keluarga Tong. Mereka akan mengeduk tanah sedalam 30 meter, lantas menutupnya dengan rangka baja. Sistem pencahayaan terbaik, sirkulasi udara, kemudian ratusan rumah bangunan dengan jalan-jalan lapang di bangun di dalam perut bumi.

Kesepakatan dengan Tuanku Imam
1) Keluarga Tong tidak lagi berbisnis perjudian, minuman keras, obat-obatan terlarang, pencurian, penipuan, dan sejenisnya. 2) Keluarga Tong tidak lagi membunuh, menyiksa, dan meyakiti kecuali diserang terlebih dahulu. 3) Keluarga Tong akan mengurangi cara-cara kekerasan, bertransformasi menjadi terang, legal, dan terhormat.

Novel ini bercerita tentang kejahatan dan kebaikan yang sering tarik menarik dalam hidup manusia. Deskripsi lokasi dalam novel serta penggunaan bahasa yang berbeda (Spanyol, Jepang, dan Rusia) membuat suasana lebih nyata, dan tentunya informasi baru bagi pembaca. Adegan pertarungan dituliskan secara apik, membuat pembaca seolah berada di sana menyaksikannya. Oleh karena itu, novel ini pun dibatasi harus usia 15 tahun ke atas.

Sebuah Nasihat
Masalah ibadah menjadi topik yang selalu diingatkan Tuanku Imam. "Kamu harus sering shalat Agam. Itu tiang agama," ucapnya. Tuanku Imam melanjutkan, "Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat. Kewajiban itu tidak luntur. Maka, semoga entah di shalat ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Shalat itu berhasil mengubahnya."

Tuanku Imam pun berhasil menebak pertanyaan besar Agam saat ini.
"Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya, Agam. Dulu kamu bertanya definisi pulang dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapapun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan. Kamu akhirnya pulang menjenguk pusara Bapak dan Mamakmu, berdamai dengan masa lalu menyakitkan.
Lebih dari itu, pertanyaan berikutnya, ke mana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Kamu akan pergi ke mana Nak?"

Selain kelebihan di atas, perubahan mendadak dalam alur cerita, dan kejutan baru membuat akhir sekuel Novel Pergi menjadi ciamik. Sayangnya, masih ada kesalahan pemberian titik di halaman 12. Surat-surat Diego yang ditemukan di kotak pos rumah lama Samad dan Catrina ditulis dengan beberapa percakapan layaknya cerita. Meskipun sedikit aneh (karena itu sebuah surat), penulis mungkin ingin menekankan bahwa kejadian itu selalu diingat. 

Epilog
Diego Samad, nama saudara laki-laki Agam dari pernikahan Bapak yang pertama. Diego tahu ke mana tujuannya. Ia berencana menghancurkan seluruh keluarga shadow economy. Ia akan membentuk keseimbangan baru. Sementara Agam, meski bukan lagi anggota Keluarga Tong, bukan lagi Tauke besar, jalan yang akan dipilihnya terbentang penuh tantangan.


Comments

  1. ovel pergi sama pulang nyambung kah ceritanya? ini seru sihh.. jadi pengen baca! makasih reviewnya kak!
    mampir juga ke web kampus aku di walisongo.ac.id yuk!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts