Muhammad - Generasi Penggema Hujan [REVIEW]
Dengan Nama Allah, Sang Penggenggam Jiwa
Jalan-jalan ke toko buku, kemudian menemukan sebuah novel dari tujuh tahun lalu, ketika buku pertamanya terbit dengan judul Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan karya dari Tasaro GK. Kini, kutemukan buku keempat (buku terakhir dari novel biografi Muhammad: Generasi Penggema Hujan) pada tahun 2017. Rentang waktu yang lama untuk menemukannya kembali.
Jalan-jalan ke toko buku, kemudian menemukan sebuah novel dari tujuh tahun lalu, ketika buku pertamanya terbit dengan judul Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan karya dari Tasaro GK. Kini, kutemukan buku keempat (buku terakhir dari novel biografi Muhammad: Generasi Penggema Hujan) pada tahun 2017. Rentang waktu yang lama untuk menemukannya kembali.
Penulis: Tasaro GK
Cover: softcover
Penerbit: Bentang Pustaka
Format: 15.5 X 23.5
Jumlah halaman: 628 halaman
Penyunting: Ahmad Rofi Usmani dan Adham T. Fusama
Jenis Kertas Isi: Bookpaper 55 gr
Jenis Kertas Sampul: Art Carton 230 gr
Tebal Punggung: 3.2
Kategori versi Penerbit: Novel
Lini: Bentang Pustaka
Buku Referensi: Muhammad 1, Muhammad 2, Muhammad 3
Cover: softcover
Penerbit: Bentang Pustaka
Format: 15.5 X 23.5
Jumlah halaman: 628 halaman
Penyunting: Ahmad Rofi Usmani dan Adham T. Fusama
Jenis Kertas Isi: Bookpaper 55 gr
Jenis Kertas Sampul: Art Carton 230 gr
Tebal Punggung: 3.2
Kategori versi Penerbit: Novel
Lini: Bentang Pustaka
Buku Referensi: Muhammad 1, Muhammad 2, Muhammad 3
Tapi tidak lebih lama dibandingkan pencarian Vakhsur terhadap jejak Kashva selama lebih dari dua puluh tahun lamanya! Mengikuti petunjuk demi petunjuk yang hadir di depan matanya. Memaksimalkan pencarian di Kota yang disinggahi, hingga menemukan petunjuk baru membawanya ke orang yang tepat.
Kashva meninggalkan Persia menuju Suriah. Belasan tahun
lalu, ketika Madinah berganti khalifah, Vakhsur menyusul Kashva ke Suriah. Dia
tidak menemukan jejaknya kecuali kabar perihal seorang biarawan Busra yang juga
mencari Kashva di Damaskus. Biarawan itu sahabat baik Kashva, Bar Nasha. Kashva
yang mengalami cedera berat sehingga tertukar ingatannya, menyebut dirinya
sendiri dengan nama Elyas, sahabat penanya.
Sejak Umar wafat, umat Islam seakan terbelah menjadi dua,
pendukung Utsman bin Affan dan pendukung Ali bin Abi Thalib. Utsman sebagai
khalifah terpilih, menyadari bibit-bibit perpecahan mulai tumbuh. Demi mencegah
kobaran api konflik, Utsman dan Ali berusaha menyatukan serta mendamaikan
kembali hati umat Islam.
“Aku tak pernah berpikir apa yang aku pikirkan juga menjadi
pertimbangan orang lain. Setiap kata-kata Tuhan yang disampaikan Rasulullah tak
ubahnya curah hujan yang menyuburkan bumi. Membuat yang keras menjadi lunak,
kering menjadi subur, sengsara menjadi bahagia.” -Kashva
“Lelaki Penggenggam Hujan” -Astu.
“Apa yang terjadi dengan hujan itu hari ini?” -Vakhsur
“Setelah Rasulullah wafat, tak lagi ada tempat menjawab
semua pertanyaan. Dulu, Allah berbicara langsung kepada manusia melalui Rasulullah.
Tidak ada pertanyaan. Tidak ada penafsiran. Setiap pertanyaan manusia, dijawab
Sang Pencipta melalui Nabi-Nya. Sekarang tidak lagi. Para sahabat dengan keutamaan
mereka berusaha mengeja apa yang Sang Nabi wariskan. Berusaha mengeja hujan.
Perbedaan pendapat yang menyulut pertumpahan darah. Bahkan, sebagian mereka
merasa berhak membunuh Khalifah.” -Kashva
“Kapan akan berakhir?” - Vakhsur
“Tidak akan pernah berujung, kecuali orang-orang yang
kembali kepada Sang Pewaris Hujan. Dia yang mewariskan ajaran paripurna ini.”-
Kashva
Maka di sinilah para penggema hujan itu berada.
Kita disuguhkan berbagai fitnah yang terjadi pada masa
kekhilafahan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pertentangan sekaligus
persaudaraan, pertikaian sekaligus hubungan di antara para sahabat, maupun
Ummul Mukminin Aisyah. Para sejarawan yang alim dan jernih hati hampir sepakat bahwa
kebenaran lebih dekat berada di pihak Ali, Radhiyallahu Anhu. Mu’awiyah dan
kelompoknya adalah kelompok pembangkang yang telah diisyaratkan oleh Sang Nabi.
Hanya saja, itu tidak mengeluarkan mereka dari keislaman dan jama’ah kaum
muslimin.
Terhubung dengan kepribadian Utsman bin Affan yang unik, semua ujian yang
dihadapi Utsman di akhir masa jabatannya sebagai khalifah sungguh besar
sekaligus rumit dan pelik. Dan bagi sahabat-sahabat Utsman, tentu saja kadang
tak mudah menyikapi itu semua. Abu Dzar, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Ali memilih
sikap terindah dengan kelembutan nurani. Salim A. Fillah telah menyebutkan
dalam buku berjudul Dalam Dekapan Ukhuwah (2010),
Ali telah memilih sikap terbaiknya ketika mendampingi Utsman baik di waktu
hidup maupun setelah wafatnya. Selembut-lembut nurani mengajarkannya untuk
menjadi kawan yang paling tulus, penasehat yang paling jujur, dan sahabat yang
paling setia. Sesungguhnya, takdir para pahlawan besar adalah mendapatkan
nikmat yang besar, meraih keuntungan besar, memiliki peran besar, juga
mendapatkan nama besar, dan penghargaan besar. Di balik itu, mereka juga akan
menghadapi masalah besar, musibah besar, dan kenestapaan besar.
Sungguh, banyak hal yang diisyaratkan Nabi terjadi pada masa mereka dan Ali bersama para sahabat pada masa itu menyaksikannya. Isyarat kematian Utsman bin Affan, Ammar bin Yasir, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Dzar Al-Ghiffari. Kemudian peringatan Nabi kepada Ummul Mukminin Aisyah agar jangan sampai ia menjadi orang yang dilolong anjing Haw’ah.
Belajarlah dari mereka, para sahabat yang dengan berbagai keutamannya juga diuji oleh Allah. Di antara pilihan-pilihan yang terbatas, mereka berbuat sebaik-baiknya hingga ajal menjemput. Semua urusan dikembalikan pada-Nya. Biarlah Allah yang membersihkannya dari segala kemelut dan kerusakan yang mengancam.
Buku ini tanpa disadari akan membawamu pada zaman Nabi dan para sahabatnya, memudahkanmu memahaminya, dan tentu akan menambah cintamu pada mereka. Terima kasih untuk Tasaro GK!(Dasairy Zulfa)
Comments
Post a Comment