KAMPANYE HIJAU : COASTAL CLEAN UP BEM FPIK UNDIP
Part 2
Minggu, 16 November 2014
Pagi ini, panitia membangunkan peserta pukul 04.00, ketika adzan subuh terdengar. Kamar mandi pun langsung mendapat antrian panjang. Yeah, hari ini kita bersiap untuk menanam pandan laut dan melakukan aksi kampanye hijau di Pantai Parangtritis.
Setelah bersih-bersih diri, senam pagi, dan sarapan, kami bergerak ke penjuru pantai sebelah barat Parangtritis untuk menanam Pandan Laut (Pandanus sp.). Satu kelompok mendapat jatah 3-4 pandan laut tergantung ukurannya. Sesuai local wisdom setempat, menanam Pandan Laut di sini bukan dari buah pandan lautnya. Pandan laut yang kita tanam sudah cukup besar sekitar 50 cm-100 meter. Cara menanamnya cukup mudah, yaitu dengan memasukkan akar pandan laut ke dalam tanah. Cukup pada akar, jangan sampai mengenai daun pandan laut. Setelah itu, disiram dengan air. Air yang kami gunakan saat itu, adalah air laut.
Kami pun menyempatkan diri untuk berfoto bersama, dan bermain di pantai tersebut sampai jam 9 pagi. Kemudian, panitia mengarahkan kami untuk kembali ke balai sekaligus menyebarkan tong sampah yang kami bawa di sudut-sudut pantai yang sekiranya menjadi tempat strategis buang sampah sembarangan.
Kami langsung istirahat di aula, melonjorkan kaki, dan mengambil air minum. Ketua kelompok segera mengambil peralatan dibantu teman-teman lain dan kami segera membuat amunisi untuk aksi kampanye hijau.
Hal menarik
Saat kami sedang membuat amunisi, tiba-tiiba ada bule-bule alias turis asing yang mengamati kegiatan yang kami lakukan. 2 orang turis itu bearasal dari Prancis. Kami pun segera merubungi mereka untuk meminta tanda tangan terkait dukungan untuk kampanye hijau.
Panitia mengarahkan kami untuk mencari tandatangan sebanyak 100 orang yang mendukung kampanye hijau ini. Kami berjalan ke pantai bersama-sama dengan memakai kostum aksi. Ada peserta yang mengenakan kostum penyu, ada yang berkostum ondel-ondel untuk menarik perhatian, dan lain-lain. Kami membawa poster-poster dengan tulisan ajakan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Yel-yel pun kami nyanyikan. Kami bergerak dari arah timur menuju pantai sebelah barat. Pemandangan yang kami saksikan pun cukup tragis. Hal ini disebabkan karena kami benar-benar menemukan banyak sekali sampah hasil pembuangan turis-turis yang berkunjung. Mereka dengan seenaknya membuang sampah di pantai ini tanpa merasa bersalah. Kami pun mengkampanyekan buang sampah sekaligus mengambil sampah-sampah yang tercecer.
Salah satu yel-yel kami:
Ambil sampahnya
Ambil sampahnya
Ambil sampahnya sekarang juga, sekarang juga
Ke tempat sampah.
Ternyata, dari mereka cukup tertarik terhadap aksi kampanye hijau yang kami lakukan. Beberapa mengambil foto kami saat sedang aksi. Semoga aksi yang kami lakukan dapat menggungah pengunjung pantai, khususnya Pantai Parangtritis agar tidak membuang sampah sembarangan.
Perjalanan Ke Pantai Samas Dan Penangkaran Penyu
Kampanye hijau kami akhiri ketika adzan zuhur berkumandang. Kami istirahat sejenak, dan melakukan ibadah shalat berjamaah. Panitia mengarahkan kami packing peralatan karena kami akan melanjutkan ke Pantai Samas.
Pantai Samas letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Parangtritis. Sekitar 30 menit, kami telah sampai di sana dan langsung disambut oleh Pak Lurah setempat. Beliau memberikan sambutan dan arahan sejenak bagi kami sebelum melakukan coastal clean up di sana.
Rupanya Pantai Samas ini kondisinya sangat kotor. Banyak sampah-sampah yang bertebaran di pasir pantainya. Sampah-sampah ini bukan bawaan dari pengunjung, namun berasal dari bawaan sungai yang sampai di laut. Ombak di Pantai Samas ini akhirnya membawa sampah-sampah itu kembali ke pantai.
Sebenarnya Pantai Samas merupakan tempat yang indah. Terdapat laguna di sana. Ombak yang berdebur di Pantai Samas juga eksotik. Di sana juga tempat penyu-penyu bertelur. Sayangnya, kondisi ini yang perlu diperbaiki.
Tidak jauh dari lokasi pantai terdapat penangkaran penyu yang dilakukan Pak Rujito sejak tahun 2001. Kondisi dari Pantai Samas memanggil jiwa pengabdian Pak Rujito untuk menyelamatkan penyu-penyu yang terjerat jaring nelayan dan telur-telur penyu agar dapat menetas dengan baik. Penangkaran Penyu itu akan dijadikan sebagai Wahana Pendidikan dan Penyelamatan Penyu di Pantai Samas.
Pak Rujito (53 tahun) sejak tahun 2001 merawat penyu-penyu yang sakit dengan dana pribadinya. Pemerintah belum memberikan bantuan apapun kepada beliau selama kurang lebih 14 tahun merawat dan menetaskan telur penyu. 2 bangunan di sana, hasil dari bantuan Pertamina dan dana pribadi. Beliau mengatakan bahwa penyu-penyu di tempat perawatan tersebut bukan miliknya sendiri.
“Saya hanya berusaha mengabdi dan menyelamatkan penyu-penyu itu. Toh, itu termasuk ibadah saya juga selain shalat,” ungkap Pak Rujito.
Pengetahuan ini didapat berdasarkan pengalaman beliau saja. Beliau dapat mengetahui waktu penyu bertelur saat pantai dan laut berubah aroma menjadi amis. Perbedaan bau ini hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang terbiasa saja dan rajin mengamati perubahan yang ada.
Penetasan telur yang dilakukan Pak Rujito adalah semi alami, yaitu memindahkan telur penyu hijau ke sarang buatan selama 60 hari. Sarang buatan itu dibuat sesuai dengan kondisi pasir asal. Setelah telur-telur itu menetas, maka dimakan tukik, alias bayi penyu. Saat itu tukik-tukik di sana belum boleh dilepas karena masih ada penelitian yang akan dilakukan. Penyu-penyu yang biasa mampir bertelur di Pantai Samas adalah Penyu Hijau, Penyu Lekah, dan Penyu Belimbing.
Sebelas orang dari peserta mendapat kesempatan untuk memberi makan tukik-tukik dan penyu yang sedang menjalani perawatan dengan udang. Kami pun berebut melihat betapa lucunya penyu-penyu itu menyantap makan siang mereka.
Semangat Pak Rujito ini perlu dilanjutkan oleh anak-anak Pantai Samas lainnya. Inilah yang menginspirasi Komunitas Reispirasi. Katanya, “I decided to do something with seaturtle!”.
Semoga anak-anak Pantai Samas dapat melanjutkan perjuangan Pak Rujito mendirikan wahana pendidikan penyelamatan penyu.
Acara Coastal Clean Up pun ditutup dengan pembagian hadiah kepada para pemenang pensi dan juara kampanye hijau. Komunitas Reispirasi juga memberikan doorprize berupa tas dan dompet dari karung goni (handmade!).
Inilah cerita kami di Coastal Clean Up bersama BEM FPIK Undip. Salam #careinenviromental! (selesai)
Comments
Post a Comment