COASTAL CLEAN UP, KEEP OUR COASTAL CLEAN AND CLEAR!
Part 1
Sabtu, 15 November 2014
Di pagi yang cerah itu,
sekitar pukul 07.00 WIB mahasiswa Universitas Diponegoro terlihat berkumpul di Gedung Serba Guna Undip Tembalang. Mereka
memakai dresscode almamater undip. Barang yang mereka bawa cukup banyak, antara
lain tong sampah dengan cat oranye bertuliskan BEM FPIK Undip, dan alat-alat
pentas seni yang dibawa per kelompok.
Usut punya usut, mereka
sedang mengikuti acara Coastal Clean Up yang diadakan oleh Departemen
Pengabdian Masyarakat BEM FPIK Undip. Acara ini bertajuk ‘Care in Enviromental’
yang berarti Peduli Lingkungan. Lokasi yang akan dituju adalah Pantai
Parangtritis, dan Pantai Samas di Jogjakarta.
Banyak teman-teman yang
masih penasaran apa sih Coastal Clean Up itu? Ngapain aja selama di sana? Ini
dia jawabannya. Coastal Clean Up yang berasal dari bahasa Inggris berarti membersihkan pesisir pantai.
Tujuannya adalah untuk konservasi pesisir pantai, tempat bertelur penyu, dan
mengkampanyekan buang sampah pada tempatnya. Hal ini disebabkan, banyak turis
lokal maupun mancanegara yang datang ke pantai tersebut, namun mereka dengan
seenaknya membuang sampah sembarangan.
Angkutan yang mereka
tunggu, akhirnya datang juga. Penulis sempat kaget, karena yang datang bukan
bus tapi TRUK TNI! Para peserta pun dibariskan terlebih dahulu menurut
kelompoknya masing-masing. Setelah itu, upacara singkat untuk membuka acara
Coastal Clean Up. Beberapa sambutan pun diberikan oleh Amir Yarkhasy , selaku
Ketua Pelaksana Coastal Clean Up, dan Sulistyo Nugroho, selaku Ketua BEM FPIK
Undip.
Sebelum berangkat, para
peserta dan panitia menundukkan kepala. Mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar diberikan keselamatan saat mengikuti rangkaian acara
tersebut.Kemudian, salah satu panitia memimpin jargon Coastal Clean Up. Ketika
panitia mengatakan, “Coastal Clean Up!” teman-teman peserta maupun panitia
menjawab “Keep our coastal clean and clear!”. “Yeay!” Mereka pun mengangkat
tangan bersama-sama.
Para peserta diarahkan
ke Truk TNI yang telah menunggu di depan Gedung Serba Guna. Ada 4 truk. Masing-masing truk diisi oleh 2
kelompok yang per kelompoknya berjumlah 10 orang. Total peserta yang ikut
adalah 80 orang. Mereka berasal dari berbagai macam fakultas di Undip.
Setiap kelompok
mempunyai LO-nya masing-masing. LO merupakan kepanjangan dari Liaison Officer, yang
bertugas mendampingi peserta. Bagaimana dengan panitia yang lain? Ternyata
mereka duduk di samping sopir, dan beberapa bergabung dengan peserta.
Truk
TNI-Dewa Jalanan
Brrrmm.... suara bising
mulai memenuhi telinga kami. Wah, begini ternyata menaiki sebuah Truk TNI. Kami
sempat menutup telinga karena bisingnya suara mesin. Tapi lambat laun, suara
itu merendah dan kami pun terbiasa dengan keadaannya. Kami perlu berbicara
dengan suara yang lebih keras kepada teman di depan kami, karena dengan volume
biasa tidak akan terdengar. Kalah dengan suara mesin. Hal lainnya yang menarik
adalah, kita bagai dewa jalanan karena kendaraan lain seketika minggir dan
mempersilahkan 4 truk TNI melaju. Di jalan pun jadi bebas hambatan. Terkadang,
traffict light pun diterobos. Ck...ck....ck... ini mungkin salah satu
keuntungan kita menaiki TRUK TNI.
Peserta dan panitia
membuat space nyaman masing-masing untuk tidur. Seperti di truk yang saya naiki
ini. Beberapa anak menggelar tikar di tengah-tengah, kemudian mereka duduk di atasnya
sambil melonjorkan kaki. Banyak juga yang tidur sambil menunggu kendaraan ini
sampai di lokasi. Selain itu, beberapa dari kami juga menahan mual karena
mabuk. Panitian pun bersiaga dengan memberikan minyak kayu putih dan plastik
siap di tangan, jaga-jaga jika serangan muntah terjadi.
Kami sempat mampir di
pom bensin. Ini kesempatan kami untuk turun. Entah itu untuk buang air, ke
minimarket, ataupun mencari udara segar. Perjalanan antara Semarang-Yogyakarta
kira-kira membutuhkan waktu 4 jam, sehingga ini merupakan refreshing sejenak
bagi kami.
Hal
menarik
Ada hal yang menarik di
sini, di antara peserta tersebut masih sempat-sempatnya mengerjakan tugas
laporan yang membayangi mahasiswa FPIK Undip. Cukup dimaklumi, karena
kondisinya, di FPIK sendiri sedang banyak praktikum. Ajang coastal clean up ini
salah satu hiburan dari kepenatan rutinitas.
Coastal
Clean Up: Pantai Parangtritis
Kami sampai di
Parangtritis sekitar pukul 12.30. Panitia mengarahkan peserta ke balai di sana.
Peserta dikumpulkan, dan dibriefing mengenai ruang kamar dan toilet. Setelah
itu kami melaksanakan sholat berjamaah di aula.
Panitia membagikan
makan siang. Kami makan dengan lahap setelah perjalanan selama 4 jam tersebut.
Maklumlah, pagi tadi beberapa dari kami belum sempat sarapan. Untungnya,
panitia membekali kami dengan roti.
Setelah makan siang
selesai, panitia memberitahukan akan ada materi yang akan diberikan kepada kami
mengenai Biopiracy, konservasi pantai dan penyu, serta materi tentang pandan
laut. Ketiga materi sebagai brainstorming sebelum kami melakukannya di lapangan
nanti. Kami pun bersiap-siap.
Acara dibuka oleh
panitia kembali. Kali ini ada sambutan yang diberikan oleh Bapak Istiwatono, selaku
Kepala Seksi Pesisir DKP Bantul. Dalam sambutannya belaiu sangat senang dengan
adanya kegiatan yang dilakukan para mahasiswa ini. Harapan beliau, muncul
bibit-bibit baru yang akan meneruskan menjaga lingkungan pesisir. Beliau juga
menyampaikan bantuan yang diberikan teman-teman alumni Undip di DKP Bantul
kepada Panitia Coastal Clean Up, BEM FPIK Undip. Pihak panitia pun menyerahkan
sekitar 10 tong sampah yang akan disebar di Pantai Parangtritis ini.
Materi adalah tentang
penanaman pandan laut oleh Imron Rosyadi dan Pindo Hafyan dari Palaka Undip.
Beliau menjelaskan pentingnya pandan laut, dan bagaimana cara menanam yang baik
agar tumbuh maksimal. Salah satu fungsi pandan laut ini adalah mencegah abrasi
pantai.
Pembicara ke 2 adalah
Kak Deni dari Komunitas Reispirasi. Beliau mengatakan bahwa tanpa adanya pandan
laut, penyu akan susah bertelur. Tanpa adanya penyu, akhirnya tidak ada ikan.
Lalu, apa yang bisa kita lkukan? Pertama, bijaksana dengan sampahmu. Kedua,
hati-hati dengan balon helium. Balon helium yang dilepaskan ke udara dapat
berimbas ke laut dan dapat dimakan penyu. Tentunya ini berbahaya bagi kesehatan
penyu tersebut. Ketiga adalah hati-hati dengan Ateve (motor roda tiga), karena dapat memadatkan
pasir pantai, dan menimbulkan karat. Bahaya lain yang mengancam penyu adalah
pancing, jaring, dan plastik. Di luar negeri, perahu maupun alat tangkapnya
sudah dimodifikasi agar tidak melukai penyu. Sedangkan di Indonesia belum
demikian. Ajakannya adalah, mari selamatkan penyu!
Pembicara ke 3 adalah Kak
Fadly dari Komunitas Imob (Inodonesian Movement for Biodiversity), Biologi
Universitas Gajah Mada. Beliau memberikan materi tentang biopiracy, atau
pembajakan biologis atau sumber daya alam hayati. Salah satunya adalah dengan
tidak boleh membawa penyu atau hewan lain di bawa ke luar Indonesia sebelum
penelitian selesai. aturan-aturan tersebut sudah tertera pada Perizinan
Peneliti Asing di Indonesia.
Ketiga pemateri telah
menyampaikan materinya masing-masing. Kami pun melaksanakan ibadah Shalat Asar
dan bersiap-siap mengganti baju dengan kaos Coastal Clean Up yang telah
disediakan panitia. Kita mulai membersihkan pantai di Parangtritis.
Sore itu cukup berawan,
setelah hujan gerimis membasahi pantai ini. Pengunjung sudah banyak yang
pulang. Sampah-sampah yang kami kumpulkan sore itu sedikit. Lumayan bersih
keadaan pantainya.
Panitia mengarahkan
kami istirahat, bersih-bersih diri, dan bersiap untuk pentas seni nanti malam.
Pentas seni itu bertemakan Peduli Lingkungan yang dimulai pukul 20.30.
Juri-juri pentas seni
malam itu adalah Imron Rosyid, Aprilia Dwi Jayanti, Indri, dan Bambang
Febrianto. Tugas mereka adalah menilai dan mengomentari pentas seni yang
ditampilkan peserta. Tiap kelompok menampilkan pentas seni berbeda-beda. Ada yang musikalisasi puisi, drama, maupun
nyanyian yang diiringi oleh gitar.
Malam itu, kami
istirahat dengan diiringi musik dari beberapa peserta dan panitia yang masih
asik berkumpul di ruang aula. Mengisi malam di Pantai Parangtritis.
Comments
Post a Comment