Saya bawa kupon tiga, bukan dua

Teringat sebuah kisah pada suatu hari di asrama.Ketika itu saya bersama teman sedang mengambil makan di ruang makan. Semua murid di sekolah saya, memang wajib membawa kupon. Tapi dasar suka bandel. Terkadang murid-murid sering melanggar tidak membawa kupon. Alasannya sih lupa, ketinggalan di kamar, dan lain-lain.Hal inilah yang membuat Ibu-ibu di dapur sering marah. Ya iyalah. Secara mereka telah mendapat perintah dari atasan yang juga sering memarahi Ibu-Ibu dapur karena sering meloloskan murid yang tidak membawa kupon. Serba salah.

Singkat cerita, kami memberi kupon makan tersebut kepada Ibu penjaganya.

" Ini Bu kuponnya," kami pun langsung menaruhnya di tempat kupon yang anehnya cuma edikit kupon yang berada di situ.

Sementara Ibunya melayani murid yang lain, kami menunggu.
" Bu tiga," seru kami lagi.

"Mana Neng kuponnya?"tanya Si Ibu kepada kami.

"Lha, tadi kan sudah di taruh,"

"Ini cuma dua," tangannya terlihat mengambil kupon-kupon tersisa di tempatnya dan langsung menunjukkannya pada kami.

Kami pun sama-sama menoleh. Aduh, gawat nih. Alamat nggak bisa makan! Mata kami sama-sama menyiratkan perkataan itu.

"Saya bawa kupon tiga kok Bu. Kalau bawa dua saya bilang dua deh" jawab saya agak ketus. Masalahnya tadi kami sudah begitu yakin membawa kupon tiga dan langsung di taruh di tempatnya. Sebelum masuk ruang makan pun kami sempat mengecek lagi.

Ada dua ibu-ibu saat itu. Mereka saling bersitatap. Dilihat dari raut wajah mereka, ada rasa tidak peraya di sana. "Neng cuma bawa dua"

Wajah kami pias. Tidak rela kami di sebut pembohong walau secara tidak langsung.Kami pun bingung bagaimana meyakini sang Ibu. Jadilah kami hanya mendapat jatah makanan dua orang. padahal kami sebetulnya bertiga. Hhhh...

Saat itu diri ini benar-benar tidak menerima dicap bohong.Tapi bagaimana? saya cenderung emosi meyakini Ibu tadi agar percaya pada kami. Kalau dipikir-pikir lagi, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

Satu pelajaran berharga:   Kalau kamu ditanya tentang ketidakjujuran kamu:
  1. Tunjukkan bukti. " Bu, memang kupon di situ berapa sebelum saya taruh tiga kupon? Sepertinya setelah saya taruh kupon di tempat itu, Ibu membuang kupon itu di sana." tunjukku ke tempat kupon-kupon bertebaran.
  2. Kemudian lanjutkan dengan, "Saya bawa kupon tiga. Terserah Ibu mau percaya atau tidak Saya maklum kok kalu Ibu bersikap demikian. Untuk mencegah kekurangan lauk kan? Saya bicara ini dengan kebenaran"
Hikmahnya adalah: Bicara jujur ya... Bilang setiap tidak bawa kupon, "Kami bertiga, tapi bawa kupon 2." Soalnya jadi teringat kelakuan saya kalau tidak membawa kupon. Saya biasa makan bersama teman-teman dengan menyebut empat orang padahal mah kuponnya cuma tiga. Allah menegur saya rupanya. Percayalah... Jujur itu Lebih Indah pada Tempatnya.Semoga Allah mengampuni. Amin. 

Comments

Post a Comment

Popular Posts