Memberi dan Diberi


Pagi itu rumahku ramai, teman-teman SD-ku berkunjung ke rumah sekalian pelajaran olahraga. Aku terhibur. Ditambah 2 teman terdekat memberiku jepit rambut dan kunciran. 

"Semangat sembuh ya. Kita tunggu di sekolah," ucap mereka. 

Aku mengangguk, diantara menahan nyeri karena luka di lututku belum sembuh dari jahitan. Lututku robek karena keramik yang pecah di kolam renang. 

Beberapa waktu kemudian, aku sudah sembuh dan bisa sekolah meski masih pincang. 

-------

Salah satu temanku ini sakit beberapa lama. Kemudian dia sembuh dan bisa bersekolah lagi. Saat kita bertemu, dia marah dan bilang aku harus jenguk dan ngasih hadiah juga, sama seperti yang dia lakukan sebelumnya. 

Aku bilang ke Ibuku tentang hal ini. Dia bilang, kalau kita ngasih sesuatu ke orang harusnya lupakan. Dia balas dengan pertanyaan, "Memang ada, matahari yang menyinari bunga, dan bunga harus mengembalikan sinar ke matahari? atau hujan yang nyiramin bunga. Apa bunga harus ngembalikan hal yang sama? Tidak ada." 

Kuputuskan untuk menulis surat ke mereka. Lagi marahan jadi nggak enak kan kalau ngomong langsung.

Setelah mereka baca, mereka nyamperin aku dan bilang, "Ya udah, daripada kita dibilang ga ikhlas, ga papa kok, kamu ga ngasih hadiah juga."

"Maksudku bukan bilang kalian ngga ikhlas" sahutku.

"Kalau yang kita tangkep gitu. Kita minta maaf."

Hmmm...Rasanya aneh dan jadi canggung. Salah di mananya ya?

Pikiran kecilku masih nggak ngerti.

--------

Persoalan memberi dan diberi ini ternyata berlanjut juga sampai aku dewasa. Saat kamu ulang tahun, merayakan keberhasilan sidang, wisuda, pernikahan, ataupun hajat yang lain. Ya, karena kita makhluk sosial, yang berhubungan secara timbal-balik dengan manusia lain. Memberi dan Diberi. 

Saat kita menerima pemberian orang lain, rasanya seneng. Rasanya diri kita berarti, penting, dan merasa dicintai. Hadiah juga menunjukkan kepedulian dan ketertarikan seseorang. Spesial. 

Hanya saja, rasanya beda ketika pemberian dari orang lain itu ternyata mengandung unsur lain. Berharap suatu saat kita akan memberi balasan minimal dengan nilai yang sama. Atau dia memberi karena kita udah ngasih sesuatu. Kenapa aku merasakan ketidaktulusan di situ? 

Maunya sih, kalau ngasih ya ngasih aja. Karena kamu sayang dia, dan perlu kamu tunjukkan rasa itu dengan memberinya hadiah. Menurutku ini lebih bernilai dan berharga. 

----------

Saat kondangan, kamu diundang ke yang punya hajat, dan kamu juga bisa nyumbang hadiah buat yang punya hajat. Memberi dan diberi. 

Saat kamu ulang tahun traktir teman, dan kamu dapat hadiah. Memberi dan diberi.

Saat kamu datang ke wisuda dan ngasih hadiah ke temanmu. Biasanya teman-temanmu juga akan datang hadir ke wisudamu. Meskipun bukan teman yang sama ketika kamu datang dulu. Karena mereka udah lulus duluan.

Ya, inilah dunia yang bukan cuma kamu saja porosnya. Orang lain punya pemikiran berbeda. Ketika kamu memberi, sebisa mungkin ga usah mengharapkan balasan kembali dari orang lain. Allah udah ngatur itu. Ketika kamu diberi dan dibantu sama orang lain, jangan lupakan. Lain waktu, kamu bisa balas kebaikannya. poinnya di situ. Masalah ketulusan, bukan urusan kita yang menilai.  

Comments

Popular Posts